![]() |
Nyi Gedeng Dempul bersama Pasukannya (zhovena) |
AKHIR DARI PEMBERONTAKAN NYI GEDENG DEMPUL
Patih Rudumada dibuat pusing oleh Pemberontakan yang dilancarkan Nyi Gedeng Dempul, Cirebon morat-marit sebab banyak Rakyat yang terimbas karena Pemberontakan ini.
Disisi lain, serangan tentara Cirebon ke markas-markas para pengikut Pendekar wanita dari Panjunan ini seperti sia-sia, sebab meskipun telah diserang berkali-kali mereka seperti tidak ada habis-habisnya.
Bakung, Hujung Pasir dan Kandanghaur adalah tiga tempat yang diobrak-abrik Pasukan Cirebon demi menangkap Nyi Gedeng Dempul, tapi tetap saja Pemberontakan masih berlanjut mengingat Nyi Gedeng Dempul tidak tertangkap-tangkap juga.
Patih Rudumada yang putus asa akhirnya menghadap kepada Panembahan Ratu, namun Raja Cirebon yang masih sangat muda dan baru beberapa tahun dilantik itu tidak dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang memadai. Patih Rudumada pun mentok.
Sampai pada akhirnya, datanglah Seorang Wali Wanita dari Jawa, ia merupakan Putri dari Sunan Ampel, namanya Nyi Gedeng Pancuran.
Sang Wali kemudian menasehati Panembahan, agar dalam menghadapi Nyi Gedeng Dempul sebaiknya menggunakan jebakan. Biarlah dalam beberapa peperangan Cirebon berpura-pura kalah. Setelah berpura-pura kalah barulah Pasukan Cirebon ditarik ke Ibu Kota, tujuannya apabila Nyi Gedeng Dempul menyerang Ibu Kota maka pasukan Cirebon yang banyak itu menyergap Nyi Gedeng Dempul.
Pada akhirnya ketika Nyi Gedeng Dempul merasa dirinya akan mampu menguasai Cirebon, seluruh pengikutnya disiagakan, ia juga memimpin langsung untuk menakluk Ibu Kota. Namun sesampainya di Kota Raja, mereka malah terkepung, dibabat lah seluruh pengikutnya dan ia sendiri pada akhirnya tertangkap.
Oleh : Sejarah Cirebon II