Perkutut Liar Kanuragan Udan Mas (zhovena) |
Di tepi sebuah hutan lebat, hiduplah seorang pemuda bernama Bagas. Ia adalah seorang pemburu yang mahir, tetapi ia hanya memburu untuk kebutuhan hidup. Bagas percaya bahwa hutan adalah anugerah yang harus dijaga.
Suatu hari, seorang saudagar kaya datang ke desanya. Ia menawarkan bayaran besar kepada Bagas untuk menangkap seekor burung perkutut putih yang konon membawa keberuntungan. Burung itu dikenal sangat sulit ditangkap karena tinggal di puncak pohon tertinggi di tengah hutan.
Meski ragu, Bagas menerima tawaran itu. Ia berpikir uang tersebut dapat membantu desanya yang sedang dilanda kekeringan. Keesokan harinya, ia berangkat menuju hutan dengan busur panahnya.
Setelah berjam-jam mencari, Bagas menemukan burung perkutut putih bertengger di dahan tinggi. Namun, saat ia mengarahkan panahnya, burung itu berbicara.
“Wahai pemuda, mengapa kau ingin menangkap ku?” tanya burung itu.
Bagas terkejut, tetapi ia menjawab dengan jujur. “Aku melakukannya untuk membantu desaku. Kekeringan membuat banyak orang kelaparan, dan uang dari menangkap mu bisa menyelamatkan mereka.”
Burung perkutut itu menatapnya dengan mata lembut. “Jika kau menangkap ku, kau mungkin mendapatkan uang, tetapi kau juga akan kehilangan penjaga hutan ini. Aku menjaga keseimbangan alam di sini. Jika aku pergi, hutan ini akan menjadi rusak, dan pada akhirnya desamu akan lebih menderita.”
Bagas terdiam, memikirkan kata-kata burung itu. “Lalu, apa yang harus aku lakukan? Aku hanya ingin membantu desaku.”
Burung itu tersenyum. “Kau tidak perlu menangkap ku. Aku akan membantumu dengan cara lain. Kembalilah ke desamu, galilah tanah di dekat sumber mata air lama yang telah mengering. Di sana, kau akan menemukan sesuatu yang bisa membantu desamu.”
Dengan penuh rasa percaya, Bagas menurunkan busurnya dan kembali ke desa. Ia mengajak para warga untuk menggali di lokasi yang disebutkan burung itu. Ternyata, mereka menemukan sumber air baru yang jernih. Air itu mengalir deras, membawa kesuburan kembali ke ladang-ladang mereka.
Sejak hari itu, Bagas menceritakan kisahnya kepada semua orang di desa. Mereka pun sepakat untuk tidak merusak hutan dan menjaganya sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Di hutan, burung perkutut putih terus berkicau, menjaga keseimbangan alam dan menjadi simbol harapan bagi mereka yang mau mendengar suara hati dan alam.
(*-Kisah karomah-Mitos)