Tumpah Ruah Warga Hadiri Perayaan Nataru Milenial Tilangnga' Sarira, Jaga Tradisi dan Semangat Bersama
-->

Advertisement Adsense

Tumpah Ruah Warga Hadiri Perayaan Nataru Milenial Tilangnga' Sarira, Jaga Tradisi dan Semangat Bersama

60 MENIT
Selasa, 31 Desember 2024

Suasana Perayaan Natal dan Tahun Baru 2024-2025 oleh Gereja Toraja Jemaat Limbu Klasis Makale Utara (Oki)


60MENIT.co.id, Tana Toraja | Perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) menjadi momen perayaan yang unik, terutama oleh generasi milenial. Tradisi-tradisi ini memberikan sentuhan khas yang mencerminkan nilai budaya, komunitas, dan semangat kebersamaan yang terus relevan.


Pemuda (To Manguranna) Lingkungan Tilangnga' Kelurahan Sarira Kecamatan Makale Utara Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan, Merayakan Natal dengan mengusung tema "Ketika Natal Memanggil Pulang" dalam bingkai Bersehati Memelihara Kasih Persaudaraan'.

 

Natal ini digelar dipelataran parkiran objek wisata Tilangnga', Senin (30/12/2024).


Mengawali Khotbahnya, yang dikutip dari bagian alkitab perjanjian baru, Lukas 1 : 78, Pdt. Hilkia Putra Nehemia,, MTh Atas nama Pribadi dan Keluarga  mengucapkan Selamat merayakan Hari Natal kepada Keluarga Besar Pemuda Tilangnga', dijelaskan Pendeta Hilkia, bahwa terdapat dua hal yang membuat Perayaan Natal di setiap tahun dapat menjadi sangat berkesan dimana kedua hal tersebut adalah Kesederhanaan dan Persaudaraan dimana menurutnya Kesederhanaan ada, dimana Yesus Kristus lahir di Kandang Betlehem adalah dengan cara yang sederhana, dan Persaudaraan karena Yesus Kristus adalah Putra Natal adalah Sahabat sejati yang telah menghendaki untuk dapat hidup bersahabat dan menjalin Persaudaraan dengan semua orang


Dihadapan para generasi penerus pembangunan bangsa, Pendeta Hilkia mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara majemuk. Jika kemajemukan dapat terpelihara dengan baik, maka akan menciptakan harmoni yang sangat indah dalam sebuah negara. Sebaliknya, jika kemajemukan tidak terpelihara dan dihormati oleh masyarakat, maka akan menimbulkan dampak besar, yaitu perpecahan.


"Untuk mencegah perpecahan tersebut maka masyarakat Indonesia perlu menanamkan nilai toleransi," pesannya.


Disebutkan toleransi merupakan sikap yang menunjukkan keterbukaan untuk menerima, mendengar pendapat orang lain yang berbeda pandangan. Meskipun toleransi ini bersifat menerima dan mendengar pendapat yang berbeda, namun toleransi tidak pernah merusak keyakinan atau pendapat masing-masing.


Penanaman nilai-nilai kasih yang benar dalam iman Kristen, kata Hilkia, juga dapat menolong menciptakan toleransi di tengah kemajemukan bangsa Indonesia. Melalui pembelajaran Alkitab, maka dapat ditemukan nilai-nilai yang sesuai dengan kehendak Tuhan untuk menciptakan sikap saling menghargai.


"Persaudaraan sejati adalah kebutuhan utama umat manusia dalam relasinya satu sama lain, dan dapat menjadi kekuatan dahsyat untuk mengubah wajah dunia," ujarnya.


"Untuk dapat membangun persaudaraan sejati, perlu menegakkan relasi yang benar dengan sesama dan lingkungan. Kita memandang sesama kita dengan sejajar," lanjutnya.


Pendeta Hilkia juga mengajak para pemuda untuk menjadikan agama menjadi inspirasi. Agama dijadikan sarana untuk menciptakan kesejukan serta kedamaian dan kebaikan bagi manusia. Sebagai sumber inspirasi, agama akan membawa nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


"Yakinlah, bahwa hidup ini akan semakin memiliki arti dan makna, jika kita mau saling berbagi dan mengasihi," tandasnya.


Sementara Pendeta Gereja Toraja Jemaat Limbu Pa'tondon, Pdt. Nopriyanti Palayukan, S.Th., menyampaikan, ketika manusia berdamai dengan Tuhan, ia bisa berdamai dengan diri sendiri dan dengan sesama. Bahkan, juga dengan musuh-musuhnya. Kuasa dan kasih Tuhan menghapus kebencian dan keinginan untuk balas dendam.


Pendeta Nopriyanti berharap ada keberanian untuk membuka pintu dialog damai. ”Belas kasih membuat kita bisa melakukan segalanya,” katanya. (Oki)