Cara Kalifah Membongkar Keturunan Nabi Muhammad Palsu
-->

Advertisement Adsense

Cara Kalifah Membongkar Keturunan Nabi Muhammad Palsu

60 MENIT
Senin, 09 September 2024

Cara mengadili perkara zaman Rosulullah SAW. (zhovena)


CARA KALIFAH MEMBONGKAR KETURUNAN NABI MUHAMMAD PALSU

Bahasan prihal Nasab Palsu dalam sejarah Islam sudah ada sejak lama. Di zaman Khalifah Al-Mutawakkil (Wafat 861) pernah ada seorang Wanita bernama Zainab mengaku sebagai Keturunan Nabi Muhamad. 


Karena Keturunan Nabi, Zainab dihormati oleh Rakyat Baghdad, namun kian hari tingkah Zainab ini mencurigakan sebab sering meminta-minta harta kepada Rakyat dengan memanfaatkan penghormatan rakyat kepada Dzuriyah Nabi. 


Salah seorang Penduduk yang curiga kemudian mengadukannya kepada Khalifah sehingga kemudian dipanggil Zainab kehadapan Khalifah untuk diuji keabsahan Nasabnya. 


Dengan bijak, Al-Mutawakkil meminta pendapat Ali bin Muhammad bin Musa Al-Hadi (keturunan Nabi Muhamad) perihal pengakuan Zainab. 


Dengan nada menantang, Al-Hadi meminta agar Zainab dimasukkan ke dalam kandang singa dengan alasan bahwa seseorang yang pada dirinya ada aliran darah rasul tidak akan disatroni oleh binatang buas.


Mendengar tantangan itu, Zainab berkilah "mengapa bukan engkau yang masuk ke kandang singa?". Tanpa ragu Al-Hadi masuk ke dalam kandang singa dan singa pun merunduk di sampingnya. Melihat kejadian ini, Zainab kemudian gemetar ketakutan seraya berkata bahwa sesungguhnya dirinya bukanlah keturunan Nabi Muhamad. 


Begitu cuplikan Orang Kuno (Abad 9) dalam menguji keabsahan seseorang yang mengaku-ngaku sebagai keturunan Nabi Muhamad yang terekam dalam sejarah Islam. 


Diduga ada kemungkinan dalam mengadili Zainab Khalifah dan Alhadi melakukan semacam trik dalam rangka membongkar kebohongan Zainab, bisa saja Khalifah dan Alhadi melakukan sandiwara yang telah dirancang dimana Singa yang disuguhkan merupakan Singa yang sudah kenyang ataupun Singa peliharaan Alhadi sendiri sehingga ketika Alhadi masuk ke Kandang Singa yang terjadi singa tersebut menjadi jinak kepada Alhadi.


Jika hal itu benar, maka Trik tersebut pada nyatanya efesien, dan karena efesien kemudian cara tersebut digunakan Negara untuk menakut-nakuti orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai keturunan Nabi kala itu.  


Lalu apakah masih relevan cara itu bila digunakan pada  kondisi sekarang? 


Tentu sudah tidak relevan, sebab selain Singa mencarinya susah teknik itu juga kuno dan tentunya hanya cocok digunakan kepada mereka yang menyadari kebohongannya sendiri. 


(*)