Kerajaan Saunggalah di Kuningan Jawa Barat
-->

Advertisement Adsense

Kerajaan Saunggalah di Kuningan Jawa Barat

60 MENIT
Jumat, 23 Agustus 2024

Sosok Raja Raja Kerajaan Saungalah (zhovena)

60MENIT.co.id, Bandung | Kerajaan Saunggalah adalah kerajaan yang berada di Kabupaten Kuningan sekarang. Lokasi Saunggalah ini diperkirakan kini berada di Kampung Salia, Desa Ciherang, Kecamatan Nusaherang, ada pula yang menunjuk Desa Ciherang di Kecamatan Kadugede, kecamatan tetangga Nusaherang. Disebutkan bahwa Saunggalah adalah nama Ibu kota Kerajaan Kuningan. Nama Kuningan telah lama ada dan dikenal. kerajaan Saunggalah adalah mulai dari tahun 748 – 1346 Masehi.


Pertama kali diketahui Kerajaan Kuningan diperintah oleh seorang raja bernama Sang Pandawa atau Sang Wiragati. Raja ini memerintah sejaman dengan masa pemerintahan Sang Wretikandayun di Galuh (612-702 M).


Menurut Carita Parahyangan yang berbahasa dan beraksara Sunda Kuno, riwayat Saunggalah bermula dari Rahyang Kuku alias Sang Seuweukarma alias Rahyang Demunawan. Putra dari Rahyang Sempakwaja penguasa Galunggung. Carita Parahyangan menuturkan bahwa Rahyang Sempakwaja merupakan anak pertama Sang Wretikandayun. Sempakwaja memiliki dua adik, yaitu Rahyang Kedul dan Rahyangtang Mandiminyak atau Suraghana.


Rahyangtang Mandiminyak berputrakan Sang Sena; Sang Sena atau Sanna lalu punya anak bernama Rahyang Sanjaya. Sementara itu, Sang Wretikandayun adalah putra bungsu dari Sang Kandiawan. Ada pun keempat kakak Wretikandayun adalah Rahyangtang Kulikuli, Rahyangtang Surawulan, Rahyangtang Pelesawi, dan Rahyangtang Rawunglangit. Wretikandayun lalu memerintah di Galuh selama 90 tahun. Dari 612 hingga 702 M. Ia kemudian menikah dengan putri Bagawat Resi Makandria, Pwah Bungatak Mangalengale.


Karena Rahyang Sempakwaja dan Rahyang Kedul memiliki kekurangan fisik, yang menjadi raja Kerajaan Galuh selanjutnya adalah Rahyangtang Mandiminyak. Sempakwaja ini bergigi ompong (sempakwaja berarti “bergigi ompong”) lalu menjadi pendeta di Galunggung, bergelar Batara Dangiang Guru. Sedangkan Rahyang Kidul menderita kemir (hernia), maka memilih menjadi pendeta di Mandala Denuh dengan gelar Batara Hyang Buyut di Denuh.


Status Denuh, dalam Fragmen Carita Parahyangan (FCP), setingkat dengan Galunggung, yang langsung bertanggung jawab kepada Tohaan di Sunda. Selain Galunggung dan Denuh, ada sepuluh wilayah lain yang langsung berada dalam wibawa Tohaan di Sunda dan harus mengirim pamwat (upeti) ke Pakuan, yakni: Sanghyang Talaga Warna, Mandala Cidatar, Gegergadung, Windupepet, Galuh Wetan, Mandala Utama Jangkar, Mandala Pucung, Reuma, Lewa, dan Kandangwesi.


(*)