Tampak Raja Kerajaan Sunda (zhovena) |
SUNDA SELEPAS PERANG BUBAT DAN AZAB TERHADAP MAJAPAHIT
Ketika perang di palagan Bubat berlangsung, yaitu pada hari Selasa Wage tanggal 4 September 1357 Masehi, putra mahkota Sang Niskala Wastu Kancana, baru berusia 9 tahun. Oleh karena itu, pemerintahan Kerajaan Sunda, untuk sementara dipegang oleh Mangkubumi (Sang Bunisora), dengan nama nobat: Prabu Guru Pangadiparamarta Jayadewabrata.
Dalam menjalankan pemerintahan, Sang Bunisora, cenderung sebagai raja pendeta, yang diwarnai suasana religius. Dalam naskah Carita Parahiyangan, Sang Bunisora, disebut sebagai Satmata. la dikenal pula dengan gelar Sang Bataraguru di Jampang.
Sang Niskala Wastu Kancana, ketika usianya sudah 20 tahun, memperisteri gadis pilihannya, Ratna Sarkati yang berusia 19 tahun, puteri Resi Susuk Lampung dari Sumatera Selatan. Setelah satu tahun, ia memperoleh putera, Sang Haliwungan, yang lahir pada tahun 1369 Masehi.
Pada tahun 1371 Masehi, Sang Niskala Wastu Kancana memperisteri Dewi Mayangsari (usia 17 tahm), puteri bungsu Sang Mangkubumi Bunisora. pada tahun yang sama, Sang Bunisora wafat, setelah memerintah di Kerajaan Sunda, selama 13 tahun 5 bulan lebih 15 hari.
Relief kondis pemerintahan Prabu Mangkubumi (Bunisora) |
Sang Niskala Wastu Kancana menggantikannya, naik tahta pada usia 23 tahun, dengan nama nobat: Mahaprabu Niskala Wastu Kancana atau Praburesi Buanatunggaldewata.
Tentang masa pemerintahan Mahaprabu Niskala Wastu Kancana, penulis Carita Parahiyangan memberikan gambaran: "Jangankan manusia. Apah (air), teja (cahaya), bayu (angin), akasa (langit), serta bu (eter), merasa betah berada di bawah pemerintahannya".
Sang Mahaprabu Niskala Wastu Kancana, memerintah di Kerajaan Sunda, selama 103 tahun 6 bulan lebih 15 hari (1371-1475 Masehi). la wafat dalam usia kurang lebih 126 tahun. la masih sempat mendengar, Majapahit dilanda Perang Paregreg, akibat perebutan tahta di antara keturunan Prabu Hayam Wuruk, yang terjadi pada tahun 1453 - 1456 Masehi. Akibatnya, selama 3 tahun, Majapahit tidak mempunyai raja. Dan Patih Gajah Mada di anggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas segala Kegaduhan itu.
Di saat Majapahit sedang dilanda kerusuhan, ia sedang menikmati ketenangan dan kedamaian pemerintahannya, sambil tak henti-hentinya bertirakat dan beribadah (brata siya puja tan palum). Setelah wafat, Sang Mahaprabu Niskala Wastu Kancana, dipusarakan di Nusalarang.
(*)