Ilustrasi Pemberontakan di Kerajaan Talaga Manggung / Majalengka (zhovena) |
Kisah Kudeta di Kerajaan Talaga (Majalengka) dikisahkan dalam hikayat terbentuknya Situ Sangiang.
Talaga Manggung kala itu diperintah oleh Sunan Talaga Manggung, mempunyai dua anak, satu anak laki-laki yang bernama Sunan Parung sementara satu laginya perempuan yang mempunyai nama Simbar Kencana.
Sunan Parung mempunyai kegemaran bertapa, sehingga ia jarang sekali di Istana, Sementara Simbar Kencana berjodoh dengan seorang Pangeran asal Palembang yang bernama Palembang Gunung, Suami Simbar kencana ini dikisahkan menduduki jabatan Patih di Kerajaan Talaga.
Kemakmuran Kerajaan talaga dibawah pemerintahan Sunan Talaga Manggung rupanya membuat Palembang Gunung menjadi iri, ia ingin menguasai kerajaan itu, ia berhasrat menjadi Raja menggantikan mertuanya.
Karena gelap mata ingin segera berkuasa, akhirnya Palembang Gunung merencanakan pembunuhan terhadap mertuanya, ia menyuruh seseorang bernama Centang Barang untuk membunuh mertuanya.
Setelah sukses menghujamkan tombak pada Sang Raja, Centang Barang kemudian melarikan diri, para Prajurit yang mengawal Raja pun kemudian hendak memburunya, tetapi sang prabu kemudian mencegah, dalam kondisi luka parah, Sang Raja kemudian mengutuk Centang Barang karena durhaka terhadap Raja dan Negaranya.
Kutukan Raja tersebut rupanya mujarab, Centang Barang dikisahkan gila, ia mati karena memakan dagingnya sendiri.
Sementara itu, mendapati laporan Mertuanya sekarat karena tertusuk tombak, Palembang Gunung berangkat menuju Istana untuk menengoknya, tetapi rupanya kejadian ajaib datang, baru saja di tengah perjalanan menuju Istana terjadi gempa sehingga Istana amblas ke tanah. Pada saat kejadian Simbar Kencana bersama suaminya sehingga ia selamat.
Setelah waktu tanpa Istana dan mandegnya kegiatan pemerintahan di Kerajaan talaga, dibuatlah kemudian pemerintahan darurat Kerajaan Talaga. Palembang Gunung membuat Istana baru, kini istana itu dibuat di Walang Suji (Sekarang Desa Kagok).
Palembang Gunung kemudian berniat memproklamirkan diri menjadi Raja Talaga selanjutnya, akan tetapi perbuatan itu ditentang oleh para pemuka Talaga termasuk Istrinya sendiri Simbar Kencana.
Penentangan itu muncul karena anak Sulung Sunan Talaga belum datang dari pertapaannya, lagipula yang berhak menduduki tahta selanjutnya adalah Sunan Parung anak laki-laki satu-satunya Sunan Talaga Manggung.
Biarpun demikian, Palembang Gunung tetap dijadikan oleh para Pemuka Talaga sebagai Raja Sementara atau pejabat Pengganti Raja hingga kepulangan Sunan Parung dari pertapaannya.
Bulan demi bulan, dan kemudian memasuki tahun, Kerajaan benar-benar sudah seperti digenggam oleh Palembang Gunung, pemerintahannya dijalankan dengan semau sendiri, yang ia perbuat hanya senang-senang dan menumpuk harta, sehingga banyak rakyat yang muak padanya.
Hwa Palembang Gunung lah orang yang menyuruh Centang Barang untuk membunuh Sunan talaga Manggung, termasuk Istrinya Simbar Kencana. Rahasia itu tetap tersimpan rapih.
Akan tetapi pada suatu waktu, ada seseorang yang mengabarkan kepada Simbar Kencana bahwa Suaminya lah yang dahulu memerintahkan Centang Barang untuk membunuh ayahnya, tujuannya karena Palembang Gunung ingin menjadi Raja.
Mengetahui kabar itu, Simbar Kencana menjadi murka, ia pun kemudian merencanakan pembunuhan pada suaminya. Pada suatu malam, ketika Palembang Gunung sedang tertidur lelap, dengan penuh Amarah Simbar Kencana menusukan tusuk kodenya tepat di leher suaminya, seketika Palembang Gunung sekarat mati bersimbah darah.
Mulai setelah itu Talaga kemudian dibawah pemerintahan Simbar Kencana, meskipun demikian ia tida berani mengangkat dirinya sebagai ratu mengingat kakaknya belum pulang dari pertapaan.
Suatu waktu, kakaknya kemudian Pulang ke Istana, ia merasa heran sebab Kerajaannya telah berpindah Istana, lagi pun Istana lama yang dahulu ia kenal rupanya telah berubah menjadi sebuah danau.
Simbar kencana kemudian menceritakan kronologis perpindahan istana dan berubahnya Istana hingga menjadi danau kepada kakaknya. Maka mendengar kisah dari adiknya, Sunan Parung kemudian berwasiat kepada adiknya agar ia menjadi Ratu/Penguasa menggantikan ayahnya, sementara Sunan Parung sendiri ingin menyusul ayahnya tenggelam ke dasar danau situ sangiang.
(*)