KH Husein Ilyas: Ada Tiga Golongan Ruh Dalam diri Manusia
-->

Advertisement Adsense

KH Husein Ilyas: Ada Tiga Golongan Ruh Dalam diri Manusia

60 MENIT
Selasa, 16 Juli 2024


KH. Maimun Zubair ketika di salamai KH. Husein Ilyas pada acara seratus hari wafatnya KH. Moh. Jamaluddin Ahmad di Tambakberas Jombang (zhovena)


Peringatan seratus hari wafatnya KH. Moh. Jamaluddin Ahmad yang digelar di Pondok Pesantren Bumi Damai Al Muhibbin, Tambakberas Jombang dihadiri para Ulama. Salah satunya adalah Kiai karismatik, KH Husein Ilyas dari Kabupaten Mojokerto.


KH Husein Ilyas dalam ceramahnya menerangkan, dalam diri maanusia itu terdapat dua hal yaitu roh dan sukma.


"Kalau kita ditinggal sukma pasti tidur. Dan, tidur itu jika diikuti akal, maka ketika bermimpi, saat bangun akan ingat semua yang diimpikan. Tetapi, jika saat tidur tidak diikuti akal, maka walaupun mimpinya banyak sekali, kita tidak akan ingat sama sekali semua mimpi tersebut," terang Kiai Husein.


Menurutnya, Ruh itu diklasifikasikan menjadi 3 golongan yakni Ruh Mutajarridah, Ruh Mutafariqoh, dan Ruh Mutasorrifah.


Kiai Husein menjelaskan, Ruh Mutajarridah itu artinya, orang yang masih hidup bisa berkomunikasi dan berhubungan dengan orang yang sudah meninggal secara lengkap.


Sementara, Ruh Mutafarriqoh, lanjut dia, orang yang masih hidup bisa berbicara dan berkomunikasi dengan janin bayi dalam kandungan.


"Yang terakhir, Ruh Mutasorrifah itu orang yang masih hidup bisa berinteraksi langsung dengan orang yang juga masih hidup walaupun jaraknya sejauh apapun," jelasnya.


Ia memberikan contoh, orang yang berada di Indonesia bisa saling ngobrol dengan orang yang berada di negara Arab tanpa bantuan telepon selular sekalipun. Itulah yang disebut dengan Ruh Mutasorrifah.


Kiai Husein menambahkan, sedikit sekali penjelasan tentang Ruh yang sengaja diberikan Allah kepada manusia. 


"Allah berfirman bahwa Ruh itu urusan-KU bukan urusanmu. Artinya, Ruh itu urusannya Allah bukan urusan manusia," pungkasnya mengakhiri ceramah.


__________________


۝اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

𝐀𝐥𝐥a𝐡𝐮𝐦𝐦𝐚-𝐠𝐡𝐟𝐢𝐫 𝐥𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐲a𝐲𝐢𝐤𝐡𝐢𝐧a 𝐰𝐚 𝐥𝐢𝐦𝐚𝐧 ‘𝐚𝐥𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧a 𝐰𝐚-𝐫𝐡𝐚𝐦𝐡𝐮𝐦 𝐰𝐚 𝐚𝐤𝐫𝐢𝐦𝐡𝐮𝐦 𝐛𝐢𝐫𝐢𝐝𝐥𝐰a𝐧𝐢𝐤𝐚𝐥 ‘𝐚𝐝𝐡a𝐦 𝐟i 𝐦𝐚𝐪’𝐚𝐝𝐢𝐬𝐡 𝐬𝐡𝐢𝐝𝐪𝐢 ‘𝐢𝐧𝐝𝐚𝐤𝐚 𝐲a 𝐚𝐫𝐡𝐚𝐦𝐚𝐫 𝐫a𝐡𝐢in


𝐖𝐚𝐡𝐚𝐢 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐦𝐩𝐮𝐧𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐮𝐫𝐮-𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐤𝐚𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐤𝐚𝐦𝐢. 𝐒𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚, 𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐫𝐢𝐝𝐡𝐚𝐚𝐧-𝐌𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐠𝐮𝐧𝐠, 𝐝𝐢 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐢 𝐝𝐢 𝐬𝐢𝐬𝐢-𝐌𝐮, 𝐰𝐚𝐡𝐚𝐢 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠. (𝐈𝐦𝐚𝐦 𝐚𝐥-𝐇𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐚𝐥-𝐌𝐮𝐡𝐚𝐬𝐢𝐛𝐢, 𝐑𝐢𝐬𝐚̂𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐌𝐮𝐬𝐭𝐚𝐫𝐬𝐲𝐢𝐝𝐢𝐧, 𝐃𝐚𝐫 𝐞𝐥-𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦, 𝐡𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧 𝟏𝟒𝟏)


keindahan akhlak ulama kita KH Husain Ilyas saat mencium tangan Mbah Maimun Zubair.


Barokalloh (*)