Berbagai Amalan dan Keutamaan Dibalik Hari Asyuro’
-->

Advertisement Adsense

Berbagai Amalan dan Keutamaan Dibalik Hari Asyuro’

60 MENIT
Selasa, 16 Juli 2024

Ilustrasi Ma'rifat dan Tauhid (zhovena)


Berbagai Amalan dan Keutamaan Dibalik Hari Asyuro’ (selasa 16 Juli / Rabu 17 Juli 2024) 

Sebentar lagi kita akan memasuki 10 Muharram, atau yang biasa kita kenal dengan hari Asyuro’, salah satu hari yang sangat dimuliakan dan disakralkan dalam agama Islam, bahkan juga oleh agama-agama lainnya. Asyuro’ adalah saksi terjadinya berbagai peristiwa agung nan bersejarah salah satunya adalah kemenangan Nabi Musa dan tenggelamnya Fir’aun. Saking mulianya hari ini, Baginda Nabi Saw bahkan menamakannya sebagai “Hari-nya Allah” dalam sebuah hadits :

إن عاشوراءَ يومٌ من أيامِ اللهِ تعالَى فمَن شاء صامه ومن شاء تركَه


Jadi ada apa saja dibalik hari Asyuro’? dan amal apa yang dianjurkan di dalamnya?

mari kita bahas.


Hari Asyuro’ tahun ini, Selasa atau Rabu? 

Tahun Baru Hijriah kali ini menyajikan “plot twist” yang tak terduga. Hisab sudah dilakukan, dan seharusnya jika sesuai kalender, maka 10 Muharram akan jatuh pada hari Selasa 17 Juli 2024. 


Pada hakekatnya, ada beberapa tanggapan dari agungan lain, seperti Muhammadiyah sepakat bahwa 10 Muharram jatuh pada hari Rabu tanggal 18 Juli 2024.


Ulama Indonesia yang tergabung di MUI mensyahkan pada putusan dua versi keagungan di atas, artinya hanya dengan Ikhlas bagi Mu'min yang mau menjalankan ibadah puasa sunah Muharram.


 صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فإنْ غُبِّيَ علَيْكُم فأكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبانَ ثَلاثِينَ.

“ Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan akhiri puasa kalian kerena melihat hilal. APABILA HILAL TERTUTUP ATAS KALIAN, MAKA SEMPURNAKAN HITUNGAN SYA'BAN MENJADI 30 HARI “ (HR. Bukhari-Muslim)


Dalam hadits ini Baginda Nabi jelas sekali mengatakan bahwa awal bulan harus ditentukan dengan “wujud” Fakta yang berupa terlihatnya Hilal ( Rukyat ) 


حكم الحاكم يرفع الخلاف 

“keputusan pemerintah menganulir perbedaan” 


Sebuah solusi : berpuasa di tanggal 9, 10 dan 11


Tidak usah kagetan, sebenarnya perbedaan dalam penentuan awal bulan sudah lumrah terjadi sejak dulu, dari situ kita bisa tau “hikmah” mengapa Baginda Nabi memerintahkan kepada kita untuk tidak hanya berpuasa pada tanggal 10 saja


صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَخَالِفُوا الْيَهُودَ وَصُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا وَبَعْدَهُ يَوْمًا

“Berpuasalah di hari Asyuro’ dan berbedalah dengan orang Yahudi, berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya “ 


Syaikh Khotib Syirbini menyatakan, salah satu “alasan” mengapa Baginda Nabi menyuruh untuk berpuasa 3 hari adalah untuk berhati-hati (Ihtiyath), karena bisa saja Asyuro’ yang real jatuh pada sehari sebelumnya atau sehari setelahnya 


وحكمة صوم يوم (تاسوعاء) مع (عاشوراء) الاحتياط له لاحتمال الغلط في أول الشهر فإن لم يصم معه (تاسوعاء) سُنَّ أن يصوم معه الحادي عشر، بل نص الشافعي في "الأم" و"الإملاء" على استحباب صوم الثلاثة


Imam Ahmad Bin Hanbal juga berkomentar :


من أراد أن يصوم عاشوراء صام التاسع والعاشر إلا أن تشكل الشهور فيصوم ثلاثة أيام، ابن سيرين يقول ذلك

“ barang siapa yang ingin berpuasa Asyuro’ maka hendaknya dia juga berpuasa di tanggal 9 ( Tasu’a) kecuali jika terjadi perbedaan awal bulan maka ia hendaknya juga berpuasa di hari ke 3 ( tanggal 11 ). Ibnu Sirin berkata seperti itu “ 


Ini Amal-amal dan anjuran di hari Asyuro’ 

 1. Puasa 

Puasa hari Asyuro’ bisa dikatakan sebagai puasa Sunnah Semi wajib, selain karena puasa ini adalah puasa wajib pertama bagi ummat islam ( sebelum kemudian diganti dengan kewajiban puasa Ramadhan ), sejak dulu para sahabat sangat excited sekali kalo urusan puasa Asyuro’, demi itu bahkan sebagian dari mereka juga “mempuasakan” anak-anak mereka yang belum baligh, Rubayyi’ Binti Muawwidz bercerita :


فَكُنَّا، بَعْدَ ذلكَ نَصُومُهُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ منهمْ إنْ شَاءَ اللَّهُ، وَنَذْهَبُ إلى المَسْجِدِ، فَنَجْعَلُ لهمُ اللُّعْبَةَ مِنَ العِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ علَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إيَّاهُ عِنْدَ الإفْطَارِ


Balasan puasa Asyuro’ juga tidak kaleng-kaleng, yaitu diampuninya dosa selama setahun belakangan. Baginda Nabi Saw bersabda :


صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“ puasa Asyuro’ dapat menghapus dosa-dosa setahun sebelumnya “ 


Mungkin bagi sebagian orang “iming-iming” ampunan dosa terasa kurang menarik dan menggiurkan, tapi andai saja ia sadar, bahka ketika hidupnya jauh dari kedamaian dan kebahagiaan, maka bisa jadi itu karena dosa-dosanya yang selama ini menjadi “beban kehidupan” 


 2. melapangkan nafkah atas keluarga 

Amalan terakhir yang dianjurkan secara khusus di hari Asyuro’ adalah التوسعة على العيال atau melapangkan nafkah atas keluarga melebihi hari-hari biasanya.


Baginda Nabi Saw bersabda :

من وسع على نفسه و أهله يوم عاشوراء وسع الله له سائر سنته 

“ barang siapa yang melapangkan nafkah atas dirinya dan keluarganya di hari Asyuro’ maka Allah akan luaskan baginya ( rezekinya /kehidupannya ) sepanjang tahun “ 


Sayyidina Jabir, Syu’bah, Abu Zubair, dan Sufyan Bin Uyainah berkata : “ telah kami amalkan hadits ini dan kami menemukan kebenarannya “ 


Ibnul Arabi Al-maliki berkata :

وأمَّا النَّفَقَةُ فيه والتَّوسعة فمخلوفَةٌ باتِّفَاقٍ إذا أُرِيدَ بها وجه الله تعالى، وأنَّه يخلف الله بالدِّرْهَمِ عشرًا

“ adapun melapangkan nafkah di hari Asyuro maka akan diganti menurut kesepakatan para ulama jika dilakukan untuk mencari ridho Allah, dan Allah akan mengganti 1 dirham dengan 10 dirham “ 


Melapangkan nafkah bisa dilakukan dengan membahagiakan mereka, menambah uang belanja, membelikan pakaian-pakaian yang bagus, menyiapkan menu-menu makanan/minuman melebihi hari-hari biasanya dll.


 3. amal-amal lainnya

Adapun amal-amal lain yang “viral” di hari Asyuro’ seperti memakai celak, menjenguk orang sakit, bertamu kepada orang alim, mengusap kepala anak yatim dll maka tidak ada dalil “khusus” yang menganjurkannya

و لم يرد من هذي غير التوسعة * و الصوم فاحفظه و كن متبعه 


Karena itu Habib Zain Bin Smith menyimpulkan :

Jika amalan-amalan itu dilakukan berdasarkan keyakinan dalam hati bahwa itu adalah anjuran “khusus” dari Nabi pada hari 'Asyuro', maka itu tidak dibenarkan karena sebagian dalil dari amalan-amalan tersebut adalah hadits maudhu (hadits palsu) 


Jika amalan-amalan itu di dilakukan hanya sebatas mengamalkannya saja, tanpa keyakinan bahwa itu adalah amalan khusus yang dikerjakan oleh Rasulullah pada hari 'Asyuro', maka hukumnya boleh, bahkan dianjurkan, karena terdapat dalil umum mengenai amalan-amalan tersebut, dan banyak para ulama' yang mengamalkannya.


Kesimpulan

secara umum semua amal kebaikan sangat-sangat dianjurkan untuk dioptimalkan dan “digasskan” di hari Asyuro’, amal kebaikan apapun itu. karena para ulama sepakat bahwa amal ibadah di bulan mulia seperti Muharram dilipatgandakan pahalanya, apalagi di hari Asyuro’ yang merupakan “pusatnya pusat” bulan Muharram, apalagi jika amal itu adalah kebaikan yang “manis”-nya bisa dirasakan oleh orang lain.


Karena itu banyak para ulama yang menjadikan Asyuro’ ini sebagai momentum untuk berbagi kebaikan dan kebahagiaan dengan bersedekah, menjenguk orang sakit, menyantuni anak yatim dll (itu jelas jauh lebih baik daripada mereka yang di hari Asyuro’ teriak bid’ah-bid’ah tapi nggak ngapa-ngapain untuk orang lain) 


Pada akhirnya semoga kita bisa memaksimalkan semua detail dan potensi kebaikan di hari Asyuro’ tahun ini, terlepas dari perbedaan yang ada, semoga kita tetap “sama” dalam mendapatkan jutaan pemberian dan keberkahan yang Allah bagikan cuma-cuma di hari Asyuro’ nanti.


(*Zho)