Rumah Tongkonan milik keluarga Ambe' Kala' di Lembang Sa'tandung, Kecamatan Saluputti, Tana Toraja. Dalam gambar tampak tower yang disambar petir (redaksi 60menit) |
60MENIT.co.id, Makassar | Pembangunan Tower DMT Sa’tandung di Lembang Sa’tandung, Kecamatan Saluputti, Tana Toraja, dalam tahun 2023 ini, hingga kini belum dinikmati warga masyarakat setempat. Pasalnya, belum juga tuntas pembangunannya timbul masalah, tower tersebut sontak disambar petir. Akibatnya, sebuah rumah tongkonan di Sa’tandung milik keluarga Ambe Kala’ alias Marthen Tolan, menjadi korban.
Informasi ini diperoleh awak media dari seorang warga lokal yang mengaku mengetahui persis kejadian itu. “Tv yg rusak kena petir. Atap yg jebol kena petir. Kayu balok rangka atap yg patah!,” ujar warga tersebut, enggan disebut namanya. Konon, kejadiannya sekitar Mei tahun ini dan pelaksana pekerjaan pembangunan tower adalah PT DCK.
Kayu balok rangka atap patah. |
Pekerjaan ini kemudian disubkontrakkan ke seseorang bernama Matius. “Waktu pertemuan dgn pihak subkon keluarga minta ganti semua kerusakan akibat petir, waktu berapa bulan yg lalu,” kata warga lagi lewat pesan WhatsApp (WA), baru-baru ini. Kontrak untuk lokasi tower sendiri, tambah sumber ini, senilai 20 juta selama 20 tahun.
Menurut warga ini, pihak DCK lambat merespon permintaan Ambe' Kala’. Akibatnya, ketika dihubungi lewat telepon genggam, baru-baru ini, Marthen Tolan atau Ambe' Kala' menolak keberadaan tower dan meminta agar dibongkar. “Saya tunggu-tunggu kenapa mereka belum datang bongkar,” jawabnya singkat. Dikatakan, jika memang pihak DCK ingin memenuhi permintaannya, sudah sejak awal ketika kejadian.
Atap yang jebol kena petir. |
Dihubungi lewat handphone, Jumat (8/12), Direktur DCK Ir Rombe Rantesalu MT, mengatakan, pihaknya pada prinsipnya ingin mengganti kerugian yang dialami keluarga Ambe' Kala’ akibat petir itu. “Kami bersedia mengganti kerugian itu bahkan sudah dimediasi beberapa kali tapi tidak ada titik temu. Kelihatannya ada pihak yang memprovokasi. Jadi kami pada prinsipnya bersedia menanggung kerugian yang dialami pihak keluarga tongkonan,” ujar Rombe.
TV yang rusak kena petir. |
Namun jika pihak Ambe' Kala' tetap bersikukuh menolak tower dan meminta agar tower itu dibongkar, kata Rombe, pihak tongkonan menanggung semua biaya sekitar 1,5 miliar. “Surat pernyataannya dia mau ganti semua biayanya, sekitar 1,5 Milyar,” sebutnya. Namun soal bongkar ini, kata Rombe lagi, di luar wewenang kontraktor. “Ini sdh di luar ranah kami sebagai kontraktor, karena tower ini juga kami sdh serah terima dgn pihak telkom,” terangnya.
Berita Acara Lapangan (BAL). |
Ditanya soal perangkat yang digunakan, standard atau bukan, karena mudahnya disambar petir, Rombe mengatakan, semua perangkatnya standard. “Semua perangkat yang kami gunakan dalam pembangunan tower standard pak, adapun kejadian sampai disambar petir itu peristiwa alam yang tidak disangka-sangka,” beber Rombe. Dalam pembangunan apapun seperti halnya pembangunan tower, katanya, yang namanya peristiwa alam sulit dihindari karena itu di luar kemampuan manusia.
(anto)