Ilustrasi Cpres RI 2024 (zhovena) |
60MENIT.co.id, Bandung | Anies atau Ganjar? Ganjar atau Anies? Siapakah dari mereka berdua yang akhirnya mendapatkan tiket untuk masuk ke dalam putaran kedua Pemilu Presiden 2024, dan menantang pasangan Prabowo- Gibran?
Begitulah pertanyaan yang paling seksi di momen ini, momen 80 hari menjelang pemilu presiden 2024. Mari kita mulai dengan dua data.
Ini data hasil survei LSI Denny JA, di bulan November 2023. Trend data ini dikonfirmasi oleh berbagai lembaga survei lainnya, yang kredibel, yang jejaknya juga sudah panjang.
Data pertama: elektabilitas Prabowo- Gibran sudah di angka 40,3%. Ini angka yang sudah melampaui cukup jauh dari tapal batas the magic number.
Jika tiga pasang capres-cawapres yang bertarung dalam pilpres dan ada dua putaran, maka the magic numbernya itu 33,4%. Angka ini kita dapat dari 100% dibagi 3 pasang, maka angka tapal batasnya 33,3%.
Mereka yang mendapatkan dukungan 33,4% ke atas sudah melewati tapal batas 33.3%. Ia menjadi pasangan yang masuk ke putaran kedua pemilu presiden.
Kini di tengah November 2023, Prabowo-Gibran sudah di posisi 40,3%. Itu berarti persentasenya 7% di atas the magic number.
Besar kemungkinan, dan hampir pasti Prabowo-Gibran masuk ke putaran kedua pemilu presiden. Susah membayangkan elektabilitas Prabowo-Gibran melorot 7 persen dalam waktu 80 hari, sehingga tidak mungkin tersingkir di putaran pertama, kecuali jika mereka melakukan blunder yang begitu parahnya.
Lalu siapakah di antara dua pasangan capres dan cawapres yang tersisa untuk memperoleh tiket selanjutnya? Apakah pasangan Anies dan Muhaimin? Ataukah pasangan Ganjar dan Mahfud?
Dari sisi elektabilitas mereka kini memang masih menang pasangan Ganjar- Mahfud, di angka 28,6% dibanding Anis. Sementara Anies dan Muhaimin pada posisi 20,3%. Jika melihat data ini saja, peluang Ganjar masih di atas Anies.
Namun data kedua bisa menunjukkan kemungkinan lain. Sejak bulan September 2023, elektabilitas Ganjar (GAMA) mengalami penurunan. Sementara elektabilitas Anies (AMIN) justru sedang gas poll, menaik.
Di bulan September, elektabilitas Ganjar - Mahfud di angka 36.8 persen. Di bulan Oktober menurun menjadi 35,3%. Lalu di bulan November menurun lagi menjadi 28,6%.
Sementara dukungan untuk Anies - Muhaimin di bulan September 2023 hanya 15 persen. Lalu di bulan Oktober dan November terus menaik menjadi 17,2 persen dan 20,3 persen.
Pada bulan September 2023, selisih elektabilitas Ganjar (GAMA) dan Anies (AMIN) Itu tinggi sekali: 21,9%. Tapi pada bulan November 2023, selisihnya tinggal 8,3% saja.
Jika selisih ini terus mengecil, dan mengecil, maka dalam tempo 80 hari ke depan, sangat mungkin Ganjar (GAMA) dilampaui oleh Anies (AMIN)? Tapi mungkinkah Ganjar- Mahfud akan terus menerus menurun?
Itu sangat tergantung dari apakah Ganjar (GAMA) kembali melakukan blunder lagi, blunder lagi, dan blunder lagi.
Di momen 80 hari menuju Pilpres 2024, kita melihat kesulitan Kubu Ganjar untuk menemukan posisi yang pas saat ini. Kubu Ganjar seolah mati langkah. Mereka mati angin, dan perlu menemukan branding baru.
Dulu itu positioning kubu Ganjar, brand yang dibawanya, sudah sangat pas. Mereka menampilkan diri sebagai penerus Jokowi, pelanjut Jokowi, dan pembawa spirit Jokowi.
Tapi tiba-tiba, kini kubu Ganjar berbelok menyerang Jokowi, mengritik Jokowi, menyikat Jokowi, dengan berbagai isu demokrasi mendung, dinasti, nepotisme, dan sebagainya.
Pembelokan posisi inilah yang membingungkan banyak pemilih di lapisan wong cilik. Kubu Ganjar masuk dan terjebak dalam situasi yang gamang.
Jika kubu Ganjar ingin menampilkan pesona sebagai antitesa Jokowi, pembawa perubahan, bukankah di posisi itu, figur Anies Baswedan sudah duluan di sana dan jauh lebih kokoh?
Kubu Ganjar terlambat masuk ke posisi antitesa Jokowi. Tapi jika ingin kembali menampilkan diri sebagai penerus Jokowi, ini akan lebih lucu lagi setelah drama demokrasi mendung dengan gimmick baju hitamnya.
Ini yang tengah terjadi dan agak aneh jika tidak diketahui oleh tim pengatur strategi di kubu Ganjar. Jika Ganjar terus- menerus mengkritik Jokowi, mereka sebenarnya tengah membesarkan elektabilitas Anies Baswedan.
Pendukung Ganjar yang sebenarnya karena efek Jokowi segera pindah sebagian ke Anies Baswedan. Anies mendapatkan bola muntah secara gratis.
Masih Ada Waktu 80 hari bagi Ganjar untuk menemukan brandingnya yang baru. Jika tidak, Ganjar-Mahfud akan terkaget kaget ketika mereka justru dilampaui oleh Anies Baswedan dan terjungkal di putaran pertama pilpres 2024.
Politik elektoral memang kadang membingungkan mereka yang tidak fasih dengan hukum besinya.
(*)