60menit.co.id | Logo MyPertamina. |
Oleh : Tim Analis FK2AS
60MENIT.co.id, Bandung | Biar nanti bisa beli BBM Bersubsidi, tadi saya install ulang aplikasi layanan keuangan digital MyPertamina. Rupanya, aplikasi ini terintegrasi dengan aplikasi sejenis yaitu LinkAja.
Jadi untuk transaksi beli BBM, pembeli harus punya dana di LinkAja. Karena penasaran, walaupun programnya baru akan dimulai 1 Juli 2022 mendatang, saya coba isi/transfer dana ke aplikasi tersebut seadanya, namanya juga coba-coba.
Dana masuk, lancar. Tapu saya melihat di situ tertera Biaya Admin Rp.1.000,- Sepertinya tidak berarti karena cuma seribu, tapi saya lalu berpikir, berapa banyak Biaya Admin yang bakal masuk ke LinkAja ke depan dalam transaksi beli BBM Bersubsidi.
Jutaan konsumen pasti akan mengisi (top up) dana ke LinkAja, bisa beberapa hari sekali. Dengan jumlah kendaraan bermotor (mobil dan motor) di Indonesia Tahun 2022 ini sebanyak 145 juta.
Anggaplah yang beli BBM Bersubsidi hanya 10 %, berarti 14,5 juta, maka sebanyak 14,5 juta x Rp 1.000 (Rp 14,5 milyar) setiap transaksi akan masuk ke LinkAja dengan santai.
Jika dal sebulan, katakanlah 14,5 juta pelanggan tersebut rata-rata 5 x top up, Rp 72,5 milyar melenggang masuk ke LinkAja. Itu dengan asumsi hanya 10 % pemilik kendaraan (mobil & motor) yang beli BBM Bersubsidi loh, Luar biasa kan, cara penjahat kerah putih cari duit tambahan alias KORUPSI,
Kalau 20 %, 30 %, 50% atau lebih, kalikan saja sendiri.
Belum lagi kalau top up lebih dari 5 x sebulan. Saya acung 2 jempol atas kejelian MyPertamina bersama LinkAja dalam hal ini.
Saya buka di Google, LinkAja merupakan layanan keuangan digital dari Telkomsel sebagai pemilik saham terbesar (25 %), kemudian Bank Mandiri, BNI46, BRI (@ 20 %), BTN, Pertamina (@ 7 %), dan Jiwasraya, Danareksa (@ 1 %). Mantaap..!!! CARA MEREKA MENGURAS UANG KONSUMEN.
(zho)