60menit.co.id | Ini lantai teras gedung sekolah USB SMAN 10 Toraja Utara, yang retak. (dok.ist) |
60MENIT.co.id, Toraja Utara | Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tak hentinya gelontorkan anggaran pembangunan ke daerah terutama sejak Prof. Nurdin Abdullah memimpin Sulsel. Bahkan hingga saat ini di bawah kepemimpinan Andi Sudirman Sulaiman selaku Gubernur Sulsel. Dan salah satu daerah yang kerap mendapat anggaran pembangunan ini adalah Kabupaten Toraja Utara.
Alokasi anggarannya seperti di sektor pendidikan. Hanya saja kucuran dana pembangunan tersebut menjadi tidak efektif jika tidak dikawal dan diawasi pelaksanaannya di lapangan. Seperti yang terjadi pada pembangunan USB (Unit Sekolah Baru) SMA Negeri 10 Toraja Utara. Pembangunannya baru 2020, kondisi gedungnya sebagian kini retak dan perlu pembenahan segera.
Bagian yang tampak retak adalah teras belakang gedung yang memang di sekitarnya terlihat landai. Struktur tanah labil sehingga harus ditopang dengan talut atau tanggul. Namun pembangunan talut tidak dilakukan, karena menurut Lius, dari PT Intan Jaya Koneksi, perusahaan pemenang tender, item pengerjaan tersebut tidak ada dalam anggaran (RAB) yang lalu.
Karena tidak ditalut atau ditanggul, maka, kata Lius, pihaknya hanya membuat cakar ayam. "Mengantisipasi itu kita cakar ayam, padahal dalam kontrak tidak ada cakar ayam bangunan sekolah itu. Cakar ayam tidak seberapa juga, cuma ada beberapa titik dari tiap kolom," ungkap Lius via ponsel, Kamis (17/2).
Pihak Dinas, kata Lius, memang sudah mewanti-wanti untuk menganggarkan biaya pentalutannya. "Dan ini makan biaya besar," timpalnya. Tapi yang mengherankan, rencana anggaran ini sekarang tidak jelas juntrungannya, baik dalam tahun anggaran 2021 maupun 2022.
Diketahui, anggaran pembangunan USB ini sebesar Rp3.360.000.000,- dengan rincian untuk bangunan dan mebeler. Saat ditanya dari anggaran sebanyak itu apa tidak ada yang 'disunat', maksudnya untuk koordinasi, Lius mengatakan tidak ada. Murni semua dikelola pihaknya. Tapi omongannya ini disusul dengan ucapan, "Biasalah kalau di Diknas bos, adalah," ungkapnya.
Tampak Gedung SMAN 10 Toraja Utara, berlokasi di Lembang Polopadang, Kec. Kapala Pitu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan |
Awak media menanyakan soal konsultan pengawas yang seolah tidak efektif bekerja selama pembangunan. "Konsultan pengawas orang dinas yang atur begitu. Harusnya kan saya yang awasi juga kemarin itu barang tapi begitumi," jawabnya polos. Lius lebih jauh menjelaskan bagian-bagian bangunan sekolah. Antara lain, 3 RKB (Ruang Kelas Belajar), Ruang Guru, Ruang Lab Fisika, Ruang Perpustakaan, dan 2 Toilet Siswa.
Katanya, sebagai pemenang tender, ia tidak bekerja sendiri. Ada empat pihak yang ambil bagian pekerjaan. "Nah berapa yang kerja itu. Saya cuma kerja sekolah to' sama pengadaan. Ada yang kerja kamar mandi, ada orangnya Pak Dewan Provinsi, ada anggotanya Pak Dewan Torut, dan saya sendiri. Susahnya karena mereka yang punya aspirasi," terangnya.
Dikonfirmasi, lewat telepon dan WA, Jumat (18/2) kemarin, Legislator Jufri Sambara, tidak merespon. Beda dengan Legislator Torut, Agus Tuku Sarira, saat dikonfirmasi, di hari yang sama, justru membantah. Ia menolak jika pihaknya dianggap ikut mengerjakan bangunan sekolah tersebut. "Itu tidak benar. Mungkin ada orang yang mungkin kenal saya yang membawa-bawa nama saya," bebernya. Tuku menegaskan, dirinya sama sekali tidak terkait dengan urusan pembangunan sekolah itu.
Gedung SMAN 10 Toraja Utara |
Plt Kadis Pendidikan yang juga Kepala BKD Sulsel, Ir H Imran Jausi, M.Pd, saat dihubungi lewat pesan WA, Jumat kemarin, hanya merespon akan menyampaikan ke mereka yang tahu persis soal USB tersebut. "Iye, nanti saya sampaikan ke beliau," sahutnya. Maklum, Imran belum menjabat Kadis saat pembangunan USB dimaksud.
Sedang Kabid Pembinaan SMA Disdik Sulsel, Asqar, SE, MM, hanya mengatakan, pihaknya belum di bidang SMA ketika itu. "Saya belum di bidang SMA 2020, kita hubungi Pak Ahong," sebutnya via WA. Ahong sendiri dihubungi berulang kali baik lewat telepon maupun WA, tidak memberi respon. Ada kesan bungkam.
(anto)