60menit.co.id | Mama Gentur (KH. Ahmad Syathibi bin Muhammad Sa'id Al-Qonturi) - (Foto Editor Redaksi). |
Khas Redaksi ; Tambah Pengetahuan Tokoh Islam Terdahulu.
By Zhovena
KH. Ahmad Syathibi bin Muhammad Sa'id Al-Qonturi atau yang kerap disapa dengan Mama Gentur, lahir sekitar tanggal 12-18 tanpa diketahui secara pasti bulan dan tahun kelahirannya di Kampung Gentur, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat.
Beliau memiliki gelar Al’Allim Al’Allamah Al-Kamil Al-Wara. Dikenal juga sebagai guru dari ulama-ulama besar di tatar Sunda seperti Syekh Zain Abdussomad (Mama Gelar) Cianjur; Syekh Abdullah Nuh (Mama Cimanggu) Tanah Sareal Bogor; Syekh Mama Hasbullah Sukaraja, Sukabumi; Syekh Muhammad Syafi’i, Bandung; Syekh Zinal ‘Alim (Mama Haur Koneng), dan lain-lain.
Bahkan penulis Mahakarya Ulama Nusantara Ahmad Ginanjar Sya'ban menyampaikan bahwa ulama yang dikenal sebagai Mama Gentur Kaler adalah maha gurunya ulama-ulama Sunda di paruh pertama abad 20.
Beliau merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Mama H. Muhammad Sa’id dan Ibu Hj. Siti Khodijah. Saudara-saudara beliau diantaranya, Hj Ruqiyah (pengajar Pondok Pesantren Cipadang, Cianjur), Mama H. Ilyas (alias Mama H. Yahya, pengajar Pondok Pesantren Babakan Bandung, Sukaraja, Sukabumi), dan adik kandung yakni Mama H. Muhammad Qurthubi (alias Mama Gentur Kidul, pengajar Pondok Pesantren Gentur, Warungkondang, Cianjur).
Mulanya, Mama Gentur belajar ilmu agama kepada ayahnya ketika masih kecil. Sang ayah, Syekh Mama Idris, adalah pengasuh Pondok Pesantren Gentur Cianjur. Kemudian beliau belajar dibeberapa pesantren seperti Pesantren Keresek, Pesantren Bojong, Pesantren Gudang, Pesantren di Mekkah, Pesantren di Mesir dan Pesantren Bunikasih.
Menurut KH Muhammad Aby Sofyan bin H Hasanudin bin Silihwangi, Mama Syatibhi wafat pada hari Rabu tanggal Jumadil Akhir 1365 H atau 15 Mei 1946 M. Mama Syatibhi atau Mama Gentur meninggal di kampung halamannya.
Meskipun telah lama pergi, Mama Syathibi selalu dikenang sebagian karena karya-karya. Ia meninggalkan lebih dari 80 karya yang berbahasa Arab maupun Sunda. Di antara karyanya yang paling terkenal adalah kitab Sirajul Munir (ilmu fikih), Tahdidul ‘Ainain (ilmu fikih), al-Muqoddimah Samarqondhiyah, al-Fathiyah, Dahlaniyah (ilmu bayan), Muntijatul Lathif (ilmu saraf ), Nazom ‘Addudiyah (ilmu munazdarah), dan lain-lain.