60menit.co.id | Ilustrasi by app Helo. |
MENJADI MISKIN
Khas Redaksi ; Artikel
Ada seorang pemuda baru saja mendapat warisan kekayaan orangtuanya yang sangat banyak. Ia sampai sulit menghitung dan menghafalnya secara pasti. Ia gembira sekali dan segera menjadi sangat terkenal sebagai pemuda yang kaya raya. Seperti biasa, orang-orang pun berlomba-lomba ingin menjadi temannya. Maka kehidupannya pun bergelimangan harta dan teman-teman berkelimpahan.
Waktupun berjalan sangat cepat, berbagai kegiatan dan pestapora telah terselenggarakan. Ia hidup berpoya-poya dengan hartanya itu. Suatu saat, tanpa ia sadari harta dan uangnya sudah sangat menipis. Ternyata harta bendanya tidak bertambah, tidak berkembang, tidak ada usaha yang dijalankan, hanyalah menghabiskan harta yang ada. Ketidakmampuan pemuda ini mengelola uang membuat harta dan uangnya habis hanya dalam jangka waktu yang tidak lama.
Dan apa yang terjadi? Satu per satu temannya pun menjauhi dirinya, tidak ada lagi orang yang mau berteman dengannya. Tiada kekayaan, tiada persahabatan.
Ketika ia benar-benar jatuh miskin dan sebatang kara, ia pun mendatangi orang bijak. Orang bijak adalah seorang wali yang terkenal dengan kebijaksanaan-kebijaksanaannya. Dan pada masa itu orang-orang bijak seperti ini sering dijadikan sumber nasihat kebijaksanaan.
“Bapak yang baik, harta kekayaan saya yang begitu banyak sudah habis, dan teman-teman saya pun meninggalkan saya. Apa yang harus saya lakukan?” keluh pemuda itu pada orang bijak.
“Jangan khawatir…” jawab orang bijak, “segalanya akan normal kembali. Tunggu saja beberapa hari ini. Kau akan kembali tenang dan bahagia…”
Pemuda itu gembira bukan main. Ia membayangkan kejayaannya akan berulang. “Jadi saya akan kembali kaya?” tanyanya.
Orang bijak menjawab, “Bukan begitu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku dalam waktu yang tidak terlalu lama, kau akan terbiasa menjadi orang yang miskin dan tidak mempunyai teman.”