60menit.co.id | Tampak ; Kol. Inf. Eppy Gustiawan, Ir. Didi Ruswandi, S.T., M.T., dan beberapa Pejabat DPU Kota Bandung disertai Staf dan Pejabat BBWS Citarum (zho). |
60MENIT.co.id, Bandung | Menyoal kepada sistem kolaborasi yang diciptakan oleh Dansektor 22 Citarum Harum (Kol. Inf. Eppy Gustiawan, S.I.P.,) antara Satgas Citarum Harum bersama Pemerintah Kota Bandung dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, kini menghasilkan sebuah inovasi yang mumpuni untuk restorasi sempadan (bantaran) sungai.
Yaitu di bantaran Sungai Cidurian wilayah Kelurahan Antapani Kidul Kecamatan Antapani, ketiga belah pihak (Satgas Sektor 22, Pemkot Bandung dan BBWSC) telah sepakat akan menciptakan sebuah kota yang berbatasan dengan air (Waterfront) yang bertajuk kepada Historical Walk (Jalan yang Bersejarah) untuk menuju Kota Indah dan layak sehat.
Hal diatas diucapkan oleh Dansektor 22 Citarum Harum (Kol. Inf. Eppy Gustiawan) ketika melakukan survay ulang di bantaran Sungai Cidurian sebagai konsep destinasi wisata pasca pembongkaran Bangunan Liar, Minggu (26)12/2021).
"Konsep ini merupakan hasil diskusi kami yaitu Satgas Citarum Harum Sektor 22 bersama Kadis DPU Kota Bandung (Ir. Didi Ruswandi, S.T., M.T.,) juga dari BBWS (Drs. Joko Priyono, ST. M.Si.,) sebagai pemanfaatan lahan di muka tepian Sungai Cidurian untuk dijadikan sarana wisata tepian air (waterfront)," kata Eppy.
Dermaga Publik, sudah ada di atas Sungai Cidurian (zho) |
Ungkapan Kolonel Eppy Gustiawan dibenarkan oleh Kadis DPU Kota Bandung, yaitu lahan seluas ini cukup untuk dijadikan ruang publik dan tempat wisata sederhana dengan konsep diatas supaya bisa dinikmat oleh masyarakat sekitar.
"Kami bertujuan lahan ini bisa mengukir sejarah di Kota Bandung (Historical Walk), yaitu berawal dari Bangunan Liar kita ubah menjadi Waterfront, walau berat mengatakan ini, karena sebuah konsep akhir yang harus jadi dan sudah acc dari kita bertiga," jelas Didi Ruswandi.
Kembali ke Kolonel Eppy Gustiawan, ia memaparkan lebih lanjut bahwa kondisi sungai berikut lingkungan sungai di Kota Bandung terus mengalami degradasi. Maka perlu upaya keras untuk merevitalisasi kawasan ini sehingga kembali menjadi wajah kota yang menarik.
Yaitu berupa ruang interaksi sosial, dan memberi daya dukung lingkungan yang lebih berkelanjutan.
"Kami merasa perlu untuk melakukan perayaan kecil dari satu langkah yang sudah dilakukan untuk melipatgandakan energi, karena butuh berjuta-juta langkah lagi untuk mewujudkan ‘waterfront’ di banyak sungai yang ada di Kota Bandung," ungkap Eppy Gustiawan.
Sebuah bangunan fasilitas untuk lengkapi sarana wisata tepian air (Waterfront) Sungai Cidurian (zho) |
Disambut oleh Didi Ruswandi, konsep diatas tetap masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, yaitu menguatkan kolaborasi yang utuh untuk menjadikan sebuah tujuan yang sama dalam penataan ruang yang harus bermanfaat bagi masyarakat dan berkelanjutan.
"Kami masih pakai kata ‘waterfront’ belum berani menggunakan kata waterfront saat itu penjabarannya sangat luas, namun setelah diskusi antara ke-tiga lembaga ini kita sepakat, semoga suatu saat nanti di belahan pelosok Kota Bandung hasil dari lahan penertiban Bangunan Liar bisa berkembang juga sebagai ruang publik lainya," tutup Didi.
Capaian prestasi kerja yang dihasilkan oleh Satgas Citarum Harum Sektor 22, makin terasa dan bisa dilihat keberadaannya, yaitu dalam menegakkan Peraturan Presiden No 15 Tahun 2018 semakin terwujud.
Adalah sebuah perjuangan yang tidak sederhana dalam mewujudkan sungai bersih dan sehat, namun dipugar dari segala unsur dan permaslahan yang ada hingga menghasilkan sebuah kesepakatan bersama pemerintah daerah maupun masyarakatnya walau berbagai cara kebaikan yang harus ditempuh.
(zho)