60MENIT.co.id | Eko Sriyanyo Galgendu. |
Oleh; Jacob Ereste
Ada ayat langit yang mengatakan orang yang selamat itu adalah mereka yang mampu menggunakan bashirah. Dan sebaliknya orang yang tidak mampu menggunakan bashirah akan celaka. Terkait dengan bashirah ini firman dari langit (An Nur 40) itu yang cukup menerangkan secara jelas bahwa, "Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak akan mempunyai cahaya sedikit pun." Dalam pengertian umum, bashirah itu adalah inti dari kekuatan non fisik manusia. Sehingga orang yang terbangkitkan bashirahnya akan memiliki suatu kesanggupan mengakses fenomena alam (yang membersit dari langit) hingga mampu menangkap sinyal informasi melalui mata batinnya.
Pendek kata, orang yang memiliki bashirah bagus akan dapat membaca apa yang tidak bisa dibaca oleh orang kebanyakan.
Wujud bashirah itu bìsa diperoleh melalui mimpi seperti yang diungkap oleh Muhammad Qasim tentang ar-Ru’ya
ash-Shadiqah. Dalam konteks ini ada Sabda dari Rasulullah SAW menerangkan cukup gamblang. "Wahai manusia, tidak tersisa dari pemberi kabar ke-Nabi-an, melainkan mimpi yang baik dan mampu dicerna dengan baik oleh orang yang memiliki bashirah hingga tentang apa yang diperlihatkan padanya.
Dari sejumlah hadist pun apa yang dimaksud dari Al Mahdi itu adalah pertanda bagi siapa saja yang mendapat petunjuk. Dan petunjuk bagi akhir zaman itu hanya akan diwujudkan melalui mimpi yang mampu dipahami oleh orang yang bersangkutan.
Syahdan, mimpi itu sendiri dapat dapat dipercaya sebagai bisikan Tuhan. Kesaksian dari para ahli takwilnya (orang alim), semua mimpi itu akan membawa dan memberi keajaiban petunjuk bagi manusia yang memiliki bashirah yang kuat dan selalu terpelihara dengan baik. Dan bagi seorang penulis misalnya, muatan bashirah itu dapat terjaga dan mampu dipelihara selama orang yang bersangkutan tetap menyadari dan mau serta mampu untuk memeliharanya secara terus menerus, untuk kemudian dapat ditingkatkan sinyal kepekaan daya tangkap bashirah yang dimilikinya.
Dalam konteks ini menurut Eko Sriyanyo Galgendu selaku penggagas gerakan kesadaran spiritual bangsa Indonesia perlu dilakukan serta disosialisasikan secars massif agar segenap warga bangsa Indonesia mampu menghadapi -- atau bahkan semacam perlawanan -- dalam semua bentuk tantangan jaman yang semakin berat dan kompleks.
Adapun essensi dari kebangkitan spiritual bangsa Indonesia itu sendiri tidak dalam kenotasi revolusi. Jika pun ada nuansa revolusi di dalam gerakan kebangkitan spiritual bangsa Indonesia itu hanya sebatas cara pencapaian dari gerakan kebangkitan spiritual bangsa Indonesia itu saja, bukan dalam pengertian tujuan dari capaian gerakan tersebut. Sebab revolusi -- yang terlanjur berkenotasi politis itu selalu dianggap dan hanya bermuatan politis saja -- namun makna dari kebangkitan dapat dipahami memiliki dasar pijak dari sumber daya atau suatu kekuatan yang sudah ada -- namun belum maksimal dikembangkan. Itulah sebabnya gerakan kebangkitan spiritual bangsa Indonesia -- GMRI -- senantiasa berpijak pada warisan luhur dari para leluhur.
Banten, 17 Juli 2021.