60menit.co.id | Eko Sriyanto Galgendu (penggagas GMRI) |
Oleh ; Jacob Ereste.
Fitrah manusia sejak awal mulai bernyawa -- Tuhan tiupkan ruh ke tubuh - sungguh dalam keadaan suci -- penuh dan lengkap dengan nilai-nilai keagungan dan kebesaran Illahi Rabbi. Begitulah kiranya sang Pencipta dan Penjaga alam raya serta segenap makhluk yang ada.
Betapa sangat sempurnanya Ciptaan Tuhan atas semuanya itu, sehingga manusia sebagai makhluk mampu bertahmid, ingin terus bersyukur sepanjang umur membujur sampai ke liang kubur. Dalam versi penyair Taufik Ismail, sajadah panjang yang membentang itu melukiskan bahwa semasa hidup manusia patutnya adalah ibadhah. Berbuat baik dan mendatangkan banyak manfaat bagi banyak orang. Termasuk menjaga dan memelihara alam raya dan seisinya. Sebab hanya dengan cara itu manusia mampu mengekspresikan cintanya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana keyakinan warga bangsa Indonesia dalam hidup dan berkehidupan sebagai makhluk yang memperoleh keistimewaan dari makhluk lainnya, karena memiliki kemampuan berpikir (daya nalar), empati, insting, perasaan (senang, sedih dan kebahagiaan) keyakinan (agama, kepercayaan dan ideologi serta filsafat hidup serta idealisme atau cita-cita), moralitas (tata krama, tradisi serta adat istiadat dan budaya) serta akhlak (harga diri gengsi atau sirri) yang tidak sekomplit dan sesempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya.
Begitulah sosok Sang Khalik. Seperti dalam konsepsi agama mendefinisikan manusia adalah khalifatullah di muka bumi. Artinya, manusia yang paling mulia ialah yang mampu merepresentasikan peran kenabian tanpa perlu menganggap dirinya sebagai Nabi. Peranan kenabian itulah yang acap diimplementasikan para waliyullah maupun kaum sufi. Sehingga mereka tampak begitu asyik dengan ditinya sendiri.
Begitulah resume singkat diskusi rutin bersama Eko Sriyanto Galgendu yang memegang amanah para tokoh penggagas GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) sejak 20 tahun silam bersama Susuhunan Paku Buwono XII, Gus Dur dan Habib Khirzin serta tokoh lintas agama lainnya. Bahwa gerakan kebangkitan kesadaran spiritual bangsa Indonesia menjadi satu-satunya cara dan pilihan terbaik dari jalan menuju kejayaan bangsa dan negara Indonesia menjadi mercu suar (cahaya) yang menerangi kegelapan jagat dalam berbagai aspek kehidupan tidak hanya di bumi. Liputannya tidak hanya bagi negeri ini, tetapi dapat diyakini jadi penerang jalan kekelaman di muka bumi. Dan cahaya penerang jagat itu hanya akan muncul dan lahir dari negeri yang kaya raya -- gemah ropah loh jinawi -- yang acap disebut oleh Eko Sriyanto Galgendu -- Indonedia adalah "gempilan" dari surga, seperti yang dinarasikan oleh Goerge Santos hingga Alvin Topler maupun Francis Fukuyama yang meyakinkan hasil penelitian mereka tentang Benua Atlantis itu berada dibawah bumi negeri kita.
Ciloto, 10 Oktober 2021