60menit.com, Garut - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyatakan terus melakukan upaya meminimalisasi risiko kerugian dampak dari musim kemarau tahun ini meskipun musim kemarau diprediksi tidak akan berlangsung lama .
Kepala Distan Kabupaten Garut Beni Yoga di Garut, Kamis mengatakan, upaya yang dilakukan di antaranya menggerakkan penyuluh pertanian, mengoptimalkan sistem irigasi, melakukan pipanisasi dan pemanfaatan sumber mata air.
"Kami akan mengoptimalkan sistem irigasi yang ada, pipanisasi dan mencari sumber mata air serta membuat embung air," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini dilaporkan areal pertanian yang dilanda kekeringan seluas 723 hektare tersebar di Kecamatan Malangbong, Limbangan, Cibatu, Leuwigoong atau sekitar Garut bagian utara.
Namun luasan areal pertanian yang terdampak kekeringan itu, kata dia, tidak berpengaruh besar, bahkan masih tetap diangka produksi surplus sehingga kebutuhan pasar masih dapat terpenuhi.
"Produksi kita masih surplus dan bisa memenuhi kebutuhan pangan di Garut, bahkan ke luar," katanya
Mengutip laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Beni menyatakan musim kemarau tahun ini akan berlangsung lebih cepat sampai September 2020 sehingga pihaknya memprediksi tidak akan berdampak parah terhadap lahan pertanian dibandingkan dengan tahun lalu.
"Sekarang ini musim kekeringan basah, sehingga diharapkan lebih ringan dibandingkan musim kekeringan tahun sebelumnya," kata .
Ia menuturkan, musim kemarau seringkali menyebabkan beberapa daerah pertanian dilanda kekeringan, terutama kawasan tadah hujan akan kesulitan memenuhi kebutuhan air untuk tanaman.
Namun ancaman kekeringan dampak musim kemarau itu, kata Beni, tidak akan parah karena berdasarkan laporan BMKG diprediksi kemarau hanya sampai akhir Agustus atau saat memasuki September 2020 sudah turun hujan.
"Info dari BMKG kekeringan tahun ini akan berakhir bulan Agustus 2020 sehingga memasuki bulan September sudah hujan," katanya.