60menit.com, Garut - Budaya Indonesia amat beragam dan tak terhitung jumlahnya. Tentunya budaya tersebutlah yang menjadi sumber kekayaan dan menjadi daya tarik sendiri untuk wisatawan mau berkunjung untuk melihat keunikannya.
Di Garut sendiri, sudah saatnya generasi muda ikut serta melestarikan dan mengembangkan budaya sebagai warisan para leluhur.
Adalah aktivitas para Generasi Muda di Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut, dalam pelestarian budaya warisan leluhur, salah satunya dapat dilihat dalam Upacara Seren Taun Pangauban Cisangkan yang ke 8 .
Aktivis Muda Kecamatan Sucinaraja, Nandang Permana, kepada media mengatakan, pihaknya bersama komunitas Aleutan Pangauban Cisangkan menggelar Acara Seren Taun yang ke 8, Seren taun di laksanakan di Aula Kantor Desa Sukaratu Kecamatan Sucinaraja.
"Seren taun merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan komunitas Aleutan Patanjala Pangauban Cisangkan. Pangauban Cisangakan merupakan salah satu anak dari Pangauban Ageung Cimanuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk,” ungkap Nandang.
Ditambahkan Nandang Seren Taun merupakan kegiatan evaluasi’Nyoreang alam ka tukang, nyawang alam anu bakal datang” (=mengevaluasi kegiatan yang lalu dan merencanakan kegiatan yang akan datang).
"Kita evaluasi kegiatan keagitan di sungai Cisangkan , Mata Air sungai Cisangkan, hulu Sungai Cisangkan mata air nya dari Gunung talaga Bodas dan Gunung Karacak,” jelas Nandang.
Seorang aktivis Aleutan Pangauban Cisaangkan Sucinaraja, Agus Ridwan, mengatakan, seren taun merupakan kearifan lokal warisan budaya leluhur untuk menjaga kelestarian alam.
Hal Senada disampaikan salah seorang aktivis Aleutan Patanjala Pangauban Cisangkan, Yudistira, yang mengajak generasi muda untuk ikut serta menjaga, merawat dan melestarikan alam untuk anak cucu.
Menurut Yudistira, upacara seren taun biasanya diawali dengan mengambil ‘air suci dari beberapa sumber air yang dikeramatkan’. Sumber mata air yang diambil dari Cisangkan disimpan di Kele (bahan dari bambu).
Biasanya air yang diambil berasal dari tujuh mata air yang kemudian disatukan dalam satu wadah yang diberi nama kele dan didoakan dan dianggap bertuah dan membawa berkah.
“Seren Taun merupakan ungkapan rasa syukur kepada sang Maha Pencipta, juga rasa syukur kepada masyarakat sekitar yang turut serta menjaga serta mengelola alam dan lahan pertanian secara maksimal. Hak itu ditampilkan dengan prosesi penyajian anekaragam makanan khas pituin (hasil bumi) Pangauban Cisangkan,” ujar Yudistira.